Rabu, 16 Oktober 2013

Tales of Life: Breaking Bad

Pernahkah kalian mendapat pelajaran dari cerita orang lain?

Ya, gue yakin pernah. Itulah kenapa kita, sebagai manusia, sangat tertarik pada cerita. Manusia udah bercerita sejak dulu. Dan dari setiap cerita, ada hal yang bisa kita pelajari. Baik cerita tersebut fiksi, atau fakta.

Gue doyan banget nonton film. Gak cuman film, gue juga suka nonton tv series yang dirilis di channel luar. Berawal dari pengen tau, terus ketagihan. Klasik. Jujur gue awalnya gak suka ama film/serial tv bergenre drama, karena yang ada di pikiran gue adalah sinetron. Konfliknya gak jelas, penyebabnya konyol, solusinya amburadul. Bukannya terhibur, malah puyeng. Sebenernya sih lucu ya, si ini ternyata anaknya si itu, dan si itu tuh dulu pacaran sama si dia. Dan si itu ternyata anaknya dia!! Tapi si dia, dulu punya hubungan ama si doi, jadi si itu anaknya doi atau dia? Intinya gitu deh, sinetron tuh menggambarkan orang Indonesia yang kalo pacaran ada maunya (cari yang kaya raya!!!), administrasi rumah sakit yang belepotan (anak bisa ketuker -_-), dan sok ngasih pelajaran kehidupan.




Tanggal 29 September kemarin, salah satu serial tv paling berpengaruh di Amerika sono, Breaking Bad, tamat. Breaking Bad (untuk seterusnya akan gue singkat BB) awalnya underrated, namun ratingnya perlahan-lahan terus naik, sampai akhirnya dianggap sebagai salah satu tv series terbaik sepanjang sejarah pertelevisian.

Tentang apa sih BB? Tentang seorang guru kimia berusia 50 tahun bernama Walter White yang didiagnosis menderita kanker paru-paru. Dokter memprediksi umur Walt tinggal 2 tahun lagi. Gaji guru kecil, part-time di tempat cuci mobil juga gak membantu banyak.Cicilan rumah masih banyak, anak pertama bentar lagi kuliah, anak kedua bentar lagi mau lahir. Sadar akan umurnya yang pendek, dengan mengandalkan ilmu kimianya, Walt memutuskan membuat, dan mendistribusikan methamphetamine. Walt akhirnya menjadi kriminal karena ia butuh uang dalam jumlah banyak, dan cepat, untuk masa depan keluarganya.

Artikel ini sedikit banyak akan ngasih spoiler tentang BB, jadi sorry in advance :D

Walter White adalah salah satu tokoh fiksi terkeren yang pernah gue liat. Sangat tepat kalo dia dijuluki underrated genius, gak ada yang duga, seorang guru SMA, bisa menjadi gembong narkoba tak hanya ditakuti, tapi juga mungkin tersukses seantero New Mexico dan Mexico. Proses dari bikin meth di basement rumah, sampe punya pabrik meth, menggambarkan gak hanya berkembangnya "bisnis" Walt, tapi juga evolusinya dari "pedagang eceran" sampai jadi "bos besar." Terdengar hebat? Emang, tapi konsekuensi emosinya juga besar. Walt harus membunuh banyak orang. Sebagai seorang ilmuwan, seorang guru, seorang ayah, seorang pemimpin keluarga, sebagai orang tua, seorang manusia biasa yang dibesarkan orang tua, sebagai manusia yang punya cinta dan moral, membuat meth awalnya lalu membunuh orang benar-benar mengubah seseorang. Walt harus mengeluarkan secara paksa yang namanya akal sehat, dari otaknya. Mungkin dari luar terlihat sama aja, tapi dari dalam, muncul noda hitam yang besar, namun gak disadari. Dan noda hitam itu pun semakin besar, mengganggu proses pengambilan keputusan. Noda hitam tersebut semakin besar dan besar, muncullah ketakutan tak berbasis alias paranoid. Ujungnya? Membunuh jadi mudah. Dengan alasan keselamatan diri. 

Fakta ini sering terlupakan karena identitas Walt yang kini udah jadi gembong narkoba kelas kakap. Walt, pada dasarnya, adalah ilmuwan. Ia menganggap dirinya seperti itu. Ia menganggap dirinya penuh rasa penasaran dan punya niat tulus dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya kimia. Ilmu kimia lah, cinta pertama dan terakhir Walt. Itulah kenapa sebenarnya Walt puas dengan mengajar di SMA. Gaji kecil, tapi ia menikmatinya. Ia bisa bermain-main dengan berbagai macam cairan, dan ia bisa berbagi ilmunya.

Manusia sering gak sadar akan konflik yang terjadi di dalam batinnya sendiri. Dan berhubung manusia makin materialis dan individualis, konflik batinnya tuh sering yang gak penting. "Gue mau ini, tapi pengen itu juga. Gue harus dapet itu, dan milikin juga yang ini." Gak ada lagi yang namanya pengambilan keputusan. Kebijakan. Dan rasanya gak perlu lagi mikirin konsekuensi, karena memaksakan kehendaklah satu-satunya cara mendapatkan kebahagiaan. Apa yang terjadi nanti, diurus nanti.

Menurut gue, BB bener-bener mengupas habis cara berpikir manusia secara sederhana namun kompleks dan penuh makna. Walt melakukan segala hal buruk tersebut karena memang keadaan memaksa. Setiap manusia pasti akan dihadapkan pada keputusan yang sangat sulit. BB merupakan salah satu cerita tentang keputusan sulit tersebut.

Jujur, rasanya gue masih ga puas dengan tulisan ini. BB is more than that. Konflik dan jalan cerita BB terasa natural banget, begitu juga dengan respon dan dialog tokoh-tokohnya. Bener-bener sebuah acara tentang manusia. Penuh kejutan, logis, dan unik. Hal positif yang paling menonjol dari BB adalah, hidup bahagia itu simpel. Dalam hal ini, pada akhirnya dengan segala uang yang Walt dapat dari hasil "kerja kerasnya," bukannya bahagia, namun ia justru kehilangan hal yang membuatnya paling bahagia, yaitu keluarga. Bersama orang yang kita sayangi, jauh lebih berharga dan membahagiakan dibanding punya segudang harta. Apalagi kalo harta tersebut didapat dari perbuatan gak baik.

Thanks for reading guys, sering-sering mampir kesini ya :)

2 komentar:

  1. Mampir ke blog ini gara2 pengen cari review film breaking bad. Belom pernah nonton soalnya. Banyak yg bilang bagus banget, jadi penasaran. Terkesan banget dengan artikel di blog ini, gue suka gaya penulisan jenaka tapi juga bermakna. Keren sob! Thx, gue jd yakin buat downloas ini film haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo sis, maaf baru bales. Thanks udah nyempetin mampir dan baca :D

      Hapus