Selasa, 21 Januari 2014

Realita Vs. Kata-Kata - Mario Teguh Melecehkan Korban Banjir?

Banjiiiir Banjiiiirrrrrr Banjiiiirrrrr

Lagi-lagi Jakarta "dapet hadiah." Di periode yang sama lagi, Januari-Februari. Bulan depan belum tentu banjir sih, tapi yah anggaplah satu dwiwulan yang sama hehe. Banjir di Jakarta udah jadi bencana tahunan, yang "dirayakan" setiap setahun sekali. Bisa jadi lebih, mengingat cuaca udah gak bisa ditebak lagi. Dulu kita masih bisa meraba-raba, katanya kalo bulan yang akhirannya "er" seperti September, Oktober, November, Desember, itu musim hujan. Tapi nyatanya sekarang udah gak gitu lagi, kadang hujan, kadang panasnya gila-gilaan.

Walaupun di beberapa media disebutkan bahwa curah hujan tahun ini lebih rendah dibanding tahun yang lalu, tapi dampaknya, menurut gue, jauh lebih besar. Kayaknya dulu gak sampe deh di Kampung Pulo sedalam 5-6 meter. Dan paling 1-2 hari udah surut, warga udah bisa balik kerumah, dan bersih-bersih. Tapi saat tulisan ini diterbitkan, ini udah hari kelima, dan BMKG sendiri memprediksi curah hujan akan masih tinggi sampai tanggal 22 Januari. Bagi yang terkena musibah, gue turut berduka cita, semoga musibah ini cepat berlalu.

Hari Minggu kemarin, gue nonton Mario Teguh. Topiknya "Bersabar Dalam Bencana," gue gak nonton semua tapi gue nonton saat segmen yang mempertemukan si Mario Teguh dengan 4 orang korban banjir, yang sebagian besar (kalo gak salah) tinggal di Kampung Pulo. Menarik nih, karena akhirnya, kali ini ada orang yang bener-bener susah hidupnya, yang berdiri di depan dan ngomong langsung sama si MT. Bukan mahasiswa galau, bukan fresh graduate sok idealis, bukan orang dewasa muda yang merasa dirinya pantas digaji tinggi. Kali ini, orang-orang berekonomi menengah ke bawah, bertingkat pendidikan rendah, dan bisa jadi jarang-jarang nonton newschannel. Orang-orang yang merasakan kerasnya hidup, dan bisa dibilang hampir mustahil dirubah cara pandangnya.

Seperti biasa, Pak Mario bertanya, dan mereka menjawab. Mereka semua ditanya satu-satu mengenai persepsi mereka terhadap banjir, hidup susah. Kenapa mereka gak pindah, semua menjawab ada kendala, khususnya keuangan. Mario bertanya apakah anda merokok, mereka menjawab iya. Lalu berlanjut apa susahnya untuk tidak merokok dan uangnya ditabung, ada yang menjawab menabung itu susah, mau ke bank repot urus ini itu. Singkat cerita, menurut Pak Mario yang harus dilakukan keempat orang ini adalah berpikir positif, berusaha keras demi mendapat rezeki agar bisa pindah dari Kampung Pulo biar gak kebanjiran lagi. Keempat orang ini mengeluh, merasa memang rezeki mereka ya segitu itu, dan tak tahu harus berbuat apa, karena mau menabung dan pindah dari Kampung Pulo, dirasa mahal sehingga menerima apa yang ada menjadi opsi yang lebih baik. Mereka merasa mereka udah berusaha, tapi ya rezekinya cuman segitu.

Menurut gue, gak tepat kalo para korban banjir ini diundang, dan diadili seperti itu. Semua orang jelas inginlah tinggal di tempat yang gak banjir, bebas bencana. Semua orang juga tahu, berusaha dan bekerja keras itu wajib, kalo gak mau kerja ya gimana mau makan. Mereka juga udah bosen kebanjiran tiap tahun dan hidup susah setiap hari. Mereka itu gak perlu dimotivasi. Yang mereka perlukan itu kesempatan dan pekerjaan nyata.

Motivator itu emang cocoknya buat orang berpendidikan yang galau dan manja. Hidup di Jakarta emang keras, apa-apa mahal, tapi tetaplah bersyukur walau gaji dibawah UMR karena dibanding dengan keempat orang yang diadili itu, hidup sebagian besar fresh graduate jauh lebih baik. Tinggal di kamar kos kecil? Makan 3x sehari tapi lauknya masih bisa pake telor & ayam? Masih pake smartphone? Jelas lebih baik kan dibanding para korban banjir itu. Kenapa salah dalam mengundang mereka, karena para korban banjir ini kasarnya, memang gak punya masa depan lagi. Kita gak tau mereka lulusan apa, bisa jadi gak semua lulus SMA. Udah berumur juga, nerusin pendidikan gak jadi prioritas, untuk hidup aja susah, gimana mau nabung buat nerusin pendidikan. Kalo cuman diajarin berpikiran positif, bisa apa mereka? Yang mereka butuhkan itu solusi konkrit, pekerjaan halal dengan gaji yang lebih besar dari yang mereka dapatkan sekarang. Mereka diketawain karena jawaban-jawaban mereka dinilai gak masuk akal dan terkesan malas-malasan, tapi apa yang ngetawain paham derita mereka? Ya begitulah cara pikir mereka, karena mereka tidak berpendidikan seperti yang ngetawain. Tapi apa yang ketawa bisa ngasih solusi bagi kesulitan hidup mereka? Nasibmu ada ditanganmu, ya nasib mereka emang ada ditangan mereka, tapi mungkin gak sih, mereka yang berpendidikan rendah, berumur, tau-tau dapet pekerjaan dengan gaji setara UMR dan ngalahin para fresh graduate? Kalo cuman bisanya bilang "usaha dan tawakkal" ya gak usah pake motivator segala yang ngomong. Kesannya jadi seperti nasib mereka itu salah mereka sendiri karena gak pernah berpikir positif. Lha apa dengan berpikir positif bisa ngelamar jadi direktur dan langsung keterima? Ya nasib mereka memang bukan tanggungjawab si motivator dan para penontonnya, tapi tunjukkanlah sikap yang pantas, jangan diketawain. Orang hidup susah kok diketawain.

Logislah, bagi mereka, hidup mereka itu udah jalan buntu. Mereka pun menyadari itu.  Gak semua orang itu kreator, gak semua orang itu spesial. Orang biasa itu ada, dan banyak jumlahnya. Gue pernah berdebat seperti dengan teman, dan dia memberi contoh Bill Gates sebagai orang yang gak lulus kuliah tapi bisa sukses. Yailah, Bill Gates emang di DO, tapi DOnya juga dari Harvard, bukan universitas ecek-ecek. Dan harus diingat, bahwa Bill Gates itu spesial, terbukti kecerdasannya diatas rata-rata. Tuhan memang melahirkan orang-orang seperti ini, orang-orang spesial yang memberikan pengaruh besar bagi kehidupan manusia. Dan terimalah fakta ini dengan hati yang lapang, GAK SEMUA ORANG ITU SPESIAL. Apakah anda spesial? Ohya? Tau darimana? Yakin? Emang apa yang anda punya, apa kontribusi anda hingga layak disebut spesial?

Kalo anda merasa spesial, yaudah disimpen aja sendiri, gak usah ngerasa paling jago. Bikin malu, daripada entar dibilang kebanyakan omong, mending buktiin aja.

Doa memang bisa merubah nasib. Tapi ironinya, setiap manusia udah ditentukan jalan hidupnya sama yang Maha Kuasa. Kalo doa semua orang untuk hidup makmur dipenuhi, maka keseimbangan akan terganggu. Paham? Terimakasih buat niat baik pak Mario yang ingin mengubah hidup banyak orang menjadi lebih baik, kesopanan anda dalam berbicara dan pemilihan kata memang super sekali. Namun orang yang tertimpa bencana itu baiknya diperlakukan dengan lebih baik lagi.

Dan terimakasih juga buat yang udah baca artikel ini :D. Terimakasih udah meluangkan waktunya, sering-sering mampir ya, dishare juga ya artikel ini ke kerabat-kerabatnya biar blog ini makin ramai pengunjungnya hehe.

Salam sukses!

2 komentar:

  1. mario teguh itu suka menasehati sekaligus melecehkan dengan cara sopan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, saya paham sih maksudnya baik, tapi menurut saya ada cara yang lebih baik untuk memotivasi orang2 tersebut.

      Hapus